Bisnis

Biaya Produksi: Jenis, Faktor, Contoh dan Cara Hitungnya

Admin BFI
19 August 2024
678
Biaya Produksi: Jenis, Faktor, Contoh dan Cara Hitungnya

Biaya produksi menjadi salah satu pengeluaran penting usaha yang khusus digunakan untuk membuat produk. Menghitung biaya produksi secara tepat bisa membantu Anda menentukan target keuntungan yang mesti dicapai serta mengurangi terjadinya risiko kerugian.

Selain itu, alokasi biaya produksi juga dapat membantu mengatur finansial perusahaan secara efektif dan terukur.

Nah, apabila Anda ingin mengetahui informasi seputar biaya produksi secara lengkap, maka bisa simak ulasannya berikut.

 

1. Definisi Biaya Produksi

Biaya produksi merupakan akumulasi pengeluaran yang perusahaan butuhkan untuk memproses bahan baku menjadi sebuah produk yang siap dipasarkan. Proses perhitungan biaya produksi dimulai dari awal pengolahan sampai menjadi barang setengah jadi maupun barang jadi.

Adapun cakupan biaya produksi memuat 3 kategori utama, yaitu bahan baku, tenaga kerja langsung serta overhead pabrik. Seluruh biaya akan ditanggung oleh perusahaan dari mulai proses pengolahan sampai barang siap jual ke pasaran. Lalu, biaya tersebut mulai diperhitungan per unit produk supaya mudah melakukan penghitungan serta pengambilan keuntungannya.

1.1 Tujuan Penetapan Biaya Produksi

Umumnya, tujuan penetapan biaya produksi atau production cost ialah untuk memaksimalkan laba bisnis. Perusahaan bisa melakukan perhitungan berapa pendapatan yang bisa diperoleh, lalu membandingkannya dengan biaya pengeluaran.

Selain itu, ada beberapa tujuan penetapan production cost lainnya, yaitu:

  • Mengumpulkan serta mencatat seluruh bukti transaksi terkait biaya yang dikeluarkan
  • Mengendalikan biaya untuk proses produksi
  • Membantu pengambilan keputusan jangka pendek, misalnya membeli bahan baku, alat, serta penentuan harga jual produk yang sudah jadi.

Dengan mengetahui biaya yang produksi secara detail, pihak manajemen mampu mengambil keputusan tepat untuk menentukan harga jual serta meminimalisir terjadinya risiko terkait proses produksi produk.

2. Jenis Biaya Produksi

Ada 7 jenis biaya produksi yang mesti Anda pahami, yaitu:

2.1 Biaya Tetap (Fixed Cost)

Biaya tetap atau fixed cost adalah biaya yang perusahaan keluarkan secara rutin (periodik) serta tidak bergantung pada berlangsung atau tidak berlangsungnya proses produksi.

Biasanya, biaya tetap berkaitan dengan aset perusahaan yang penting bagi kebutuhan jangka panjang.

Adapun contoh biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya gedung, pajak, listrik, administrasi, air dan lainnya.

2.2 Biaya Variable (Variable Cost)

Biaya variable (variable cost) atau biaya tidak tetap adalah biaya yang pengeluarannya tergantung pada jumlah produksi. Semakin banyak produk yang perusahaan produksi, maka biaya yang dikeluarkan pun menjadi lebih besar.

Untuk besaran biaya variable sendiri biasanya tergantung kondisi pasar saat itu. Misalnya, saat kebutuhan pasar terhadap barang atau produk yang Anda jual meningkat, maka bertambah tinggi pula variable cost yang mesti Anda keluarkan.

Beberapa contoh biaya variable, diantaranya gaji karyawan, biaya distribusi, pemasaran hingga bahan baku utama.

2.3 Biaya Semi-variable (Semi-variable Cost)

Biaya semi-variable (semi-variable cost) merupakan biaya yang memiliki komponen tetap serta variabel. Biasanya, biaya ini akan berubah seiring dengan perubahan tingkat aktivitas produksi, tetapi tidak secara proporsional.

Sumber biaya semi-variable terdiri dari komponen tetap (gaji karyawan tetap, depresiasi mesin dan biaya sewa gedung), serta komponen variabel (biaya bahan baku, biaya utilitas serta lembur karyawan).

Contoh dari biaya semi-variable, yaitu semakin tinggi jumlah produk yang diproduksi, maka banyak karyawan yang lembur dan membuat biaya lembur menjadi lebih meningkat.

2.4 Biaya Marginal (Marginal Cost)

Biaya marginal (marginal cost) merupakan pengeluaran tambahan setiap kali ada penambahan satu unit produksi. Meskipun biaya marginal hampir mirip dengan variable cost, tetapi keduanya memiliki perbedaan dari segi waktu pengeluaran.

Variable cost dikeluarkan ketika muncul kebutuhan supaya meningkatkan skala produksi rutinan. Sementara biaya marginal dikeluarkan dengan tujuan kebutuhan untuk ekspansi usaha.

Contoh dari biaya marginal, yaitu biaya untuk membeli mesin produksi baru, pembangunan pabrik baru serta pembukaan cabang usaha.

 

Baca Juga: Apa Itu Analisis Peluang Usaha? Ini Tujuan dan Metode Analisisnya

 

2.5 Biaya Rata-rata (Average Cost)

Biaya rata-rata (average cost) merupakan nilai rata-rata biaya produksi pada setiap periode. Untuk menentukan biaya rata-rata, Anda dapat menghitung angka total biaya produksi, lalu dibagi dengan jumlah barang yang telah dibuat.

Penentuan biaya rata-rata sangat penting karena bisa menjadi dasar penentuan harga jual suatu produk. Oleh karena itu, pemilik bisnis harus bisa menentukan average cost secara cermat.

Apabila harga produk hanya ditentukan dengan biaya tetap atau variable cost saja, maka Anda akan mengalami kerugian. Soalnya, ada komponen biaya yang luput dari perhitungan.

Salah satu contoh dari biaya rata-rata (average cost), yaitu jika total cost yang Anda dapat dalam 1 bulan sebesar Rp 500 juta dan kegiatan produksi menghasilkan hingga 500 buah, maka nilai biaya rata-rata yang Anda dapatkan dari pembagian keduanya sebesar Rp 1 juta.

2.6 Biaya Tersunk (Sunk Cost)

Biaya tersunk (sunk cost) merupakan biaya yang telah Anda keluarkan dan tidak bisa ditarik kembali. Biaya tersunk tidak memiliki relevan dengan masa depan karena tidak berubah.

Adapun sumber biaya tersunk berasal dari biaya pembelian aset, penelitian dan pengembangan, hingga biaya iklan.

Contoh biaya tersunk, yaitu saat memasang iklan di media massa dan ada iklan yang tidak terbaca, Anda tidak dapat menarik biayanya kembali.

2.7 Biaya Kesempatan (Opportunity Cost)

Terakhir, biaya kesempatan (opportunity cost) merupakan potensi keuntungan menjadi hilang karena memilih satu alternatif dan mengabaikan alternatif lainnya. Biaya kesempatan tidak selalu pengeluaran dalam bentuk uang, tetapi ada pula dalam bentuk tenaga, waktu serta peluang.

Contoh biaya kesempatan, diantaranya seorang pengusaha memilih membuka toko baru daripada investasi saham, mahasiswa memilih menonton film daripada belajar, serta karyawan memilih untuk bekerja lembur daripada kumpul bersama keluarganya.

3. 3 Kategori Biaya Produksi

Ada 3 kategori biaya produksi yang harus Anda pahami, yaitu:

3.1 Biaya Bahan Baku (Direct Material Cost)

Direct material cost atau biaya bahan baku adalah biaya yang dikeluarkan untuk membeli serta mengolah bahan baku menjadi barang siap. Umumnya, biaya untuk bahan baku ini bersentuhan langsung dengan barang yang akan diproduksi serta nominal yang muncul mudah untuk ditelusuri.

3.2 Biaya Tenaga Kerja Langsung (Direct Labor Cost)

Biaya tenaga kerja langsung (direct labor cost) merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar para tenaga kerja. Biaya ini juga sering disebut sebagai upah, tunjangan serta asuransi dan dibayarkan secara langsung kepada pegawai yang terlibat dalam proses produksi barang atau jasa.

3.3 Biaya Overhead Pabrik (Factory Overhead Cost)

Terakhir, ada biaya overhead pabrik (factory overhead cost) yang dikeluarkan perusahaan untuk mendukung proses kelancaran produksi. Biaya overhead tidak berkaitan langsung dengan proses produksinya, tetapi dapat membantu kelancaran produksi itu sendiri.

Contoh biaya overhead pabrik terdiri dari biaya sewa gedung dan tanah, utilitas pabrik serta depresiasi mesin.

Pengertian biaya produksi adalah

Image Source: Freepik

4. Faktor yang Memengaruhi Biaya Produksi

Selain mengetahui kategorinya, Anda juga harus tahu apa saja faktor yang memengaruhi biaya produksi, yuk langsung cek ulasannya berikut.

4.1 Permintaan

Faktor pertama yang dapat memengaruhi biaya produksi adalah permintaan. Saat permintaan meningkat, biaya produksi pun akan menjadi lebih tinggi karena perusahaan harus bersaing dengan kompetitor untuk mendapatkan bahan baku, tenaga kerja serta sumber daya lainnya.

Namun, ketika permintaan sedang turun, maka biaya produksi pun akan jauh lebih rendah karena perusahaan bisa menegosiasikan harga barang baku menjadi lebih rendah dengan pemasok serta mengurangi pengeluaran untuk tenaga kerja.

4.2 Harga Bahan Baku

Jika harga bahan baku naik, maka biaya produksi pun akan meningkat secara langsung. Namun, jika harganya turun, biaya produksi pun menjadi lebih rendah serta mampu meningkatkan keuntungan.

4.3 Upah Tenaga Kerja

Faktor yang memengaruhi biaya produksi selanjutnya adalah upah tenaga kerja. Biasanya, di negara-negara maju, upah tenaga kerja akan lebih tinggi dan meningkatkan biaya produksi. Sementara di negara berkembang, upah tenaga kerja cenderung rendah, sehingga menurunkan biaya produksi.

4.4 Biaya Overhead Pabrik

Beberapa biaya overhead pabrik yang akan meningkatkan biaya produksi secara keseluruhan, yaitu biaya sewa, listrik, air serta pemeliharaan. Jika Anda mampu meningkatkan efisiensi produk, maka biaya overhead bisa turun dan meningkatkan keuntungan bisnis.

4.5 Teknologi

Menggunakan teknologi baru memang mampu meningkatkan biaya produksi, tetapi bisa menurunkan biayanya jika Anda menggunakannya untuk jangka panjang dengan cara meningkatkan efisiensi serta kualitas. Hal ini tentu berbeda dengan teknologi lama yang cenderung lebih menurunkan biaya, tetapi kurang efisien dalam menghasilkan produk berkualitas.

4.6 Skala Produksi

Skala produksi juga menjadi salah satu faktor yang memengaruhi biaya produksi. Dengan melakukan produksi secara massal, maka biaya untuk membeli bahan baku cenderung lebih rendah daripada melakukan produksi secara kecil karena tidak dapat memanfaatkan keuntungan dari skala produksi itu sendiri.

4.7 Kondisi Ekonomi

Kondisi ekonomi ternyata juga bisa menjadi salah satu faktor yang memengaruhi besar kecilnya biaya produksi.

Saat terjadi inflasi, biaya produksi akan lebih meningkat karena harga bahan baku, tenaga kerja dan overhead lainnya menjadi naik. Sementara saat muncul deflasi, biaya cenderung menurun karena harga-harga bahan baku, tenaga kerja serta overhead menjadi turun.

4.8 Kebijakan Pemerintah

Pajak yang tinggi dapat meningkatkan nominal biaya produksi dan mengurangi keuntungan yang akan Anda hasilkan. Namun, jika memiliki subsidi atau insentif, maka biaya akan berkurang serta meningkatkan daya saing perusahaan.

4.9 Lokasi

Faktor yang memengaruhi biaya produksi terakhir adalah lokasi. Jika perusahaan Anda letaknya cukup jauh dan tidak strategis, maka biaya produksi akan meningkat karena tingginya penggunaan transportasi, logistik serta biaya hidup.

Sementara jika lokasi bisnis strategis atau berdekatan dengan pasar, biaya transportasi, logistik dan biaya hidup pun akan menurun. Bahkan, dapat meningkatkan daya saing secara optimal.

 

5. Contoh Biaya Produksi

Sebelum mengetahui contoh biaya produksi, Anda harus tahu dulu formulasi atau rumus yang digunakan untuk menghitungnya, yaitu:

Biaya produksi = biaya material langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya tenaga kerja tidak langsung + biaya overhead pabrik

Berikut contoh biaya produksi yang ada dalam laporan keuangan:

5.1 Contoh 1

Perusahaan XYZ merupakan perusahaan yang bergerak di bidang manufaktur dan menjual produk furniture.

Dalam 1 bulan, perusahaan ini berhasil memproduksi 500 unit lemari dengan rincian biaya sebagai berikut:

  • Rp 10.000.000 untuk membeli bahan baku kayu
  • Rp 4.500.000 upah tukang kayu dan Rp 2.000.000 upah security yang menjaga proses pengerjaan lemari
  • Rp 3.000.000 biaya sewa gedung dan utilitas lainnya.

Total biaya yang dikeluarkan sebesar Rp 10.000.000 + Rp 4.500.000 + Rp 2.000.000 + Rp 3.000.000 = Rp 19.500.000

Maka, biaya produksi yang mesti dikeluarkan untuk membuat satu unit lemari adalah senilai Rp 19.500.000 dibagi 500 unit = Rp 39.000.

5.2 Contoh 2

Perusahan ABC bergerak dalam bisnis alat elektronik dan sedang memperhitungkan biaya produksi per unit TV dari total produksi selama 1 bulan.

Biaya bahan langsung yang dikeluarkan senilai Rp 15 milyar, biaya tenaga kerja langsung sebesar Rp 150 juta serta biaya overhead pabrik Rp 100 juta.

Adapun jumlah barang yang berhasil diproduksi sebanyak 7.000 unit. Jadi, berapa biaya produksi TV untuk per unitnya?

Rumus:

Biaya produksi TV per unit = (biaya bahan langsung + biaya tenaga kerja langsung + biaya overhead pabrik) : jumlah unit yang diproduksi

Biaya produksi TV per unit = (Rp 15.000.000.000 + Rp 150.000.000 + Rp 100.000.000) : 7.000

= Rp 15.250.000.000 : 7.000

= Rp 2.178.571

Jadi, total biaya produksi pada bulan bersangkutan senilai Rp 15.250.000.000. Jika dihitung per unit, maka production cost-nya sebesar Rp 2.178.571

Apabila perusahaan ABC menjual TV per unit menjadi Rp 2.500.000, maka keuntungannya sebesar Rp 321.429.

 

Baca Juga: 5 Jenis Laporan Keuangan dan Manfaatnya Untuk Bisnis

 

6. Cara Menghitung Biaya Produksi

Berikut beberapa cara menghitung biaya produksi secara mudah, yaitu:

6.1 Tentukan Penggunaan Jenis Biaya Produksi

Cara menghitung biaya produksi pertama adalah menentukan terlebih dahulu jenis biayanya. Anda dapat memilih salah satu jenis biaya produksi sesuai dengan kondisi keuangan perusahaan masing-masing. Pilih yang cocok dan memungkinkan biaya tidak melebihi batas finansial yang Anda miliki.

6.2 Susun dan Total Pembelian Bahan Bakunya

Jika sudah menentukan jenis biaya produksi yang tepat, selanjutnya mulai buat daftar bahan baku terbeli serta harga per satuannya. Lalu, jumlahkan semua harga pembelian atau gunakan rumus seperti ini:

Sisa awal bahan baku + biaya pembelian bahan baku - sisa akhir bahan baku = biaya bahan baku yang digunakan.

6.3 Rincikan dan Jumlahkan Biaya SDM

Selanjutnya, Anda bisa membuat hitungan terkait rincian jumlah pekerja, posisi dan besaran upah yang diberikannya. Totalkan seluruh upah para pekerja, lalu hasil akhirnya merupakan biaya pekerja yang bisa Anda gunakan dalam perhitungan biaya produksi.

6.4 Buat Hitungan Biaya Overhead

Perlu Anda ingat bahwa biaya overhead setiap produksi bisa berbeda-beda. Oleh karenanya, pastikan untuk selalu mencatat seluruh pengeluaran biaya overhead secara rinci, baik kuantitas dan harganya. Lalu, mulai buat perhitungan dari seluruh biaya overhead tersebut.

6.5 Jumlahkan Seluruh Biaya Pengeluaran

Sekarang, seluruh total biaya dari masing-masing kategori telah diketahui. Selanjutnya, Anda bisa mulai menghitung biaya produksi dengan menjumlahkan seluruh biaya pengeluaran secara variabel atau tetap. Gunakan rumus biaya produksi yang telah dijelaskan sebelumnya, yaitu menjumlahkan total biaya bahan baku, tenaga kerja serta biaya overhead.

6.6 Mulai Tetapkan Harga Per Unit Produk

Terakhir, Anda bisa membagi total biaya produksi akhir dengan kuantitas atau jumlah produk yang dibuat. Hasilnya, Anda akan mengetahui besaran produksi untuk setiap produknya. Kini, saatnya mulai menetapkan harga per unit produk yang akan Anda jual ke pasaran dan pastikan setiap produk memberikan keuntungan kepada perusahaan.

Demikian informasi seputar biaya produksi yang bisa Anda simak secara lengkap. Anda harus bisa menghitung dan memahaminya dengan cermat supaya berguna untuk mengelola biaya serta meningkatkan keuntungan bisnis.

---

Jika Anda membutuhkan modal usaha tambahan untuk membiayai biaya produksi dan operasional usaha, Anda dapat mengajukan pembiayaan di BFI Finance. Dengan jaminan BPKB Mobil, Motor, atau Sertifikat Rumah, Anda berkesempatan mendapatkan pencairan dana hingga 85% dari nilai kendaraan dan suku bunga yang kompetitif. BFI Finance resmi berizin dan diawasi oleh OJK serta telah melayani lebih dari 2 Juta pelanggan di seluruh Indonesia, sehingga tidak perlu khawatir untuk mengajukan pembiayaan di BFI Finance.

Pembiayaan Syariah

Pembelian mobil bekas dan Multiguna syariah dengan fitur Tanpa Denda dan Tanpa Penalti Lihat Syarat

Sertifikat Rumah

Bunga rendah mulai dari 0.9% per bulan dan tenor pinjaman panjang hingga 7 tahun. Lihat Syarat

BPKB Motor

Dapatkan pinjaman dengan proses cepat dan tenor maksimal hingga 24 bulan. Lihat Syarat

BPKB Mobil

Dapatkan dana pencairan hingga 85% dari nilai kendaraan dan tenor hingga 4 tahun. Lihat Syarat

Kategori : Bisnis