Pernahkah Anda merasa tertarik untuk membeli suatu produk setelah melihat sebuah review maupun cerita? Cerita tersebut terasa begitu personal dan sesuai dengan apa yang tengah Anda alami. Tidak cuma itu, di akhir cerita atau video yang ada terdapat sebuah cara untuk menyelesaikannya dengan sebuah produk maupun jasa. Jika iya, mungkin Anda baru saja disuguhkan salah satu startegi penjualan bernama Soft selling!
Soft selling adalah salah satu teknik penjualan atau startegi promosi. Melalui cara ini, calon pelanggan atau pembeli akan merasa tertarik untuk membeli produk kita tanpa merasa dipaksa. Menarik bukan?
Lalu, sebenarnya apa itu soft selling, cara melakukannya, dan adakah perbedaannya dengan hard selling? Mari kita simak uraian berikut ini.
Apa Itu Soft Selling
Soft selling adalah teknik penjualan secara halus dengan tingkat agresif yang rendah. Dilakukan secara ramah dan sangat persuasif, soft selling tidak memberlakukan paksaan terhadap calon pelanggan.
Strategi soft selling dinilai jitu untuk membidik pelanggan setia dan menaikan kuantitas penjualan untuk jangka waktu yang lama. Hal ini dikarenakan strategi penjualan diterapkan dengan cara mengedukasi atau memberikan informasi yang berguna bagi permasalahan banyak orang.
Cara Melakukan Soft Selling
Setelah kita mengetahui soft selling adalah salah satu cara untuk menggaet minat pembeli, selanjutnya kita perlu tahu bagaimana cara yang tepat untuk melakukan soft selling. Setidaknya terdapat 7 cara yang dapat Anda tempuh.
Image Source: Pexels/ Karolina Grabowska
1. Melakukan Riset
Langkah pertama yang harus Anda tempuh agar soft selling berjalan dengan semestinya yaitu melakukan riset pasar. Anda harus tahu betul apa saja tantangan yang akan Anda hadapi dalam menjual produk.
Terutama dalam memahami keinginan para pelanggan. Hal ini sangat diperlukan karena soft selling adalah strategi yang mengedepankan kelebihan produk yang nantinya akan dijadikan rekomendasi.
2. Buat Kesan Iklan Secara Personal
Soft selling adalah cara beriklan yang erat kaitannya dengan kesan personal. Ini dikarenakan sesuatu yang berkaitan dengan hal personal dapat dengan mudah menyentuh emosi seseorang. Sehingga, para pelanggan akan tertarik untuk mendengarkan dan menyimak dengan baik.
Misalnya, Anda menjual produk berupa alat masak anti lengket. Anda bisa bercerita kepada calon pelanggan, contohnya para ibu rumah tangga tentang betapa melelahkannya membersihkan noda yang menempel pada alat masak.
Pastikan nada bicara yang Anda gunakan nantinya ikut disesuaikan dengan cerita personal yang ada.
Baca Juga: Strategi Pemasaran Produk: Alasan dan Hal yang Perlu Dipertimbangkan
3. Fokus Untuk Membangun Hubungan dengan Pelanggan
Soft selling adalah strategi penjualan yang bertujuan untuk memperoleh pelanggan tetap. Pelanggan ini diharapkan untuk terus menggunakan produk atau pun jasa yang Anda jual, dengan kata lain besifat loyal.
Maka dari itu, buat lah suatu promosi yang dapat membuat calon pelanggan merasa nyaman dan yakin dengan produk Anda. Salah satu caranya dengan membuat iklan secara personal dan menjalin relasi yang baik dengan para pelanggan.
Penting juga untuk kita agar tetap berlaku sopan dan rendah hati supaya para pelanggan merasa dihargai. Pelanggan yang merasa dihargai, nyaman, merasa didengar cenderung setia menggunakan suatu produk, bahkan di banyak kesempatan mereka ikut mengajak orang di sekitar untuk menggunakan produk yang sama.
4. Dengarkan Pelanggan Secara Aktif
Kemampuan mendengarkan sangatlah penting. Pasalnya, dengan mendengarkan secara baik Anda akan mampu memahami apa yang dibutuhkan oleh pelanggan untuk kemudian memberikan tawaran yang berkaitan dengan produk Anda.
Tidak hanya itu, melalui mendengarkan Anda dapat membangun kredibilitas terhadap citra brand atau perusahaan Anda.
Salah satu cara yang dapat Anda lakukan yaitu dengan membuka sesi tanya jawab atau pengumpulan feedback lainnya, seperti pengisian form.
5. Ajukan Pertanyaan Kepada Pelanggan
Cara selanjutnya adalah mengajukan pertanyaan yang relevan. Terkesan sepele, nyatanya mengajukan pertanyaan kepada pelanggan terkait masalah yang tengah mereka hadapi justru dapat membangun hubungan yang baik dan memudahkan Anda dalam merekomendasikan produk.
Para pelanggan akan merasa bahwa Anda begitu tulus dalam membantu mereka. Begitu pula dengan produk yang direkomendasikan, mereka akan menilai bahwa produk tersebut penting untuk dipertimbangkan.
Cara yang dapat Anda terapkan dalam melakukan cara soft selling adalah berupa pertanyaan terbuka. Misalnya terkait kesulitan apa yang mereka alami atau harapan apa yang mereka impikan. Pertanyaan terbuka sejenis ini lebih mengedepankan jawaban berupa narasi dari pelanggan, bukan pernyataan singkat berupa ‘ya’ dan ‘tidak’.
6. Berikan Nilai Pada Produk yang Dijual Tanpa Meminta Pelanggan Untuk Langsung Membeli
Memberikan nilai artinya Anda memberikan citra baik terhadap produk yang direkomendasikan. Dengan kata lain, Anda menawarkan kelebihan-kelebihan yang dimiliki produk Anda dan tidak ditemui pada produk lain.
Perlu diingat, pastikan untuk tidak menjatuhkan citra produk atau brand kompetitor. Hal ini guna membangun citra positif terhadap produk Anda dan menjauhkan kesan arogan.
7. Beri Pelanggan Waktu Untuk Memutuskan
Sesuai dengan tujuan utamanya yaitu memperoleh pelanggan tetap, dalam soft selling Anda tidak boleh memaksakan kehendak pelanggan untuk membeli prroduk yang direkomendasikan.
Berilah ruang bagi para pelanggan untuk berpikir dan memutuskan pilihan. Berusahalah untuk tetap ramah jika mereka menanyakan lebih lanjut mengenai produk ataupun waktu lebih untuk membuat keputusan.
Baca Juga: Mengenal Word of Mouth, Strategi Marketing yang Banyak Keuntungannya
Perbedaan Soft Selling dan Hard Selling
Ada beberapa perbedaan yang cukup kentara antara soft selling dan hard selling. Cara paling mudah yaitu dengan memahami definisi keduanya. Jika soft selling adalah cara menjual produk secara persuasif dan tidak menawarkan langsung, maka hard selling adalah cara menjual produk dengan cara menawarkan langsung ke pada calon pembeli.
Sehubungan dengan pengertian keduanya, berikut ini merupakan penjelasan lebih lanjut terkait perbedaan keduanya. Mari kita simak selengkapnya di bawah ini.
Jangka Waktu Penjualan
Soft selling adalah strategi yang menargetkan waktu penjualan untuk jangka panjang (long-term), hal ini berkenaan dengan tujuan soft selling itu sendiri yang menargetkan para pelanggan untuk tetap setia menggunakan produknya.
Sedangkan unuk hard selling, waktu penjualan produk cenderung singkat atau disesuaikan dengan target. Hal ini tentunya selaras dengan tujuan hard selling itu sendiri, yaitu membuat pelanggan membeli produk yang ditawarkan saat itu juga.
Berdasarkan sebuah riset yang dilakukan oleh New Century Media, menunjukan bahwa 97% konsumen akan merekomendasikan produk serupa kepada orang terdekat dan 95% akan membeli atau menggunakan kembali produk tersebut (repurchase).
Dengan Adanya riset ini dapat ditarik kesimpulan bahwa startegi soft selling efektif untuk keberlangsungan penjualan produk dalam jangka waktu lama.
Tujuan dan Ketertarikan Konsumen
Soft selling adalah startegi yang dibuat tidak hanya untuk membuat para pelanggan tertarik dan tersentuh empatinya, akan tetapi ikut membangun awareness suatu brand agar mendapat citra yang baik di masyarakat.
Beberapa riset menunjukan bahwasannya suatu brand yang terkenal akan citra baiknya cenderung lebih banyak dipilih untuk dibeli dan menarik rasa penasaran banyak orang. Hal ini tentunya berakibat baik terhadap kuantitas penjualan untuk jangka waktu yang lama.
Lain halnya dengan hard selling yang mengedepankan penjualan secara cepat. Strategi hard selling dinilai cukup sulit menarik orang-orang tertarik dan mencari tahu lebih lanjut mengenai produk Anda. Hal ini dikarenakan startegi hard selling tidak mengedepankan adanya ikatan yang terjalanin antara brand dengan pelanggan, cara yg ada terfokus pada keberhasilan produk yang terjual.
Baca Juga: Apa itu Unique Selling Point dan Manfaatnya Bagi Bisnis?
Promosi yang Dilakukan
Soft selling adalah bentuk strategi penjualan yang dilakukan secara perlahan dengan tujuan meraih penjualan dalam jangka waktu lama. Maka dari itu promosi soft selling lebih mengedepankan informasi dan solusi yang dapat membantu/mengedukasi pelanggan. Melalui informasi yang disampaikan ini nantinya secara perlahan Anda dapat mengenalkan produk beserta kelebihan ataupun manfaatnya.
Berbeda dengan soft selling, cara hard selling mempromosikan produk dilakukan secara langsung atau dengan kata lain di waktu yang bersamaan saat penawaran produk berlangsung. Hal ini dilakukan guna membuat pelanggan terdorong untuk melakukan pembelian. Misalnya, voucher belanja yang hanya berlaku saat flashsale berlangsung selama 3 jam.
Bidang Industri yang Menggunakan
Setiap perusahaan memiliki strategi penjualan yang berbeda-beda. Ada perusahaan yang menggunakan 2 startegi sekaligus yaitu soft selling dan hard selling. Ada juga menggunakan salah satu diantara keduanya.
Soft selling adalah startegi penjualan yang umumnya digunakan oleh perusahaan sejenis konstruksi, manufaktur, konsultan, content marketing, dan masih banyak lagi. Perusahaan sejenis ini mengharapkan penjualan dalam jangka waktu panjang dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar untuk melakukan pendekatan kepada pelanggan. Oleh karenanya, startegi soft seling dinilai pas untuk diterapkan.
Sedangkan untuk startegi penjualan berupa hard selling, perusahaan yang umumnya menerapkan ini antara lain toko ritel, asuransi, perbankan, telemarketing, penjualan mobil, dan lain-lain.
Solusi Mudah Memperoleh Modal
Tertarik untuk merintis usaha maupun mengembangkannya? BFI Finance siap membantu Anda! BFI Finance sudah terverifikasi OJK. Dengan mengajukan pinjaman di BFI Finance Anda akan memperoleh beragam keuntungan. Diantaranya sebagai berikut.
Pencairan dana hingga 85% dari nilai kendaraan dan tenor hingga 3 tahun.
Pinjaman dana dengan proses cepat dan tenor maksimal hingga 18 bulan.
Bunga rendah mulai dari 0.9% dengan tenor panjang hingga 48 bulan.
Sobat BFI, demikian artikel kami mengenai Soft Selling Adalah: Arti, Cara, dan Perbedaannya Dengan Hard Selling. Ada berapa cara yang dapat Anda lakukan untuk menerapkan teknik ini, salah satunya yaitu melalui konten berupa story telling. Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga dapat membantu Anda untuk memahami soft selling, dan bisa menerapkannya dengan baik. Salam bisnis!
Ikuti terus artikel kami, update setiap Senin-Jum’at hanya di BFI Blog!