Middle income trap adalah istilah ekonomi yang sering dipakai saat membicarakan kondisi perekonomian negara.
Istilah ini menjelaskan bagaimana suatu negara mengalami fenomena stagnasi yang menjadikan negara tersebut kesulitan untuk menaikan pendapatan perkapitanya.
Bagi mereka yang berkecimpung di bidang ekonomi, istilah ini mungkin sudah sangat familiar untuk didengar. Namun, bagi orang awam istilah ini merupakan sesuatu yang baru dan terasa asing.
Lantas, apa itu middle income trap dan startegi apa yang harus dilakukan guna mengatasinya? Mari kita simak penjelasan berikut ini.
1. Definisi Middle Income Trap
Istilah middle income trap pertama kali dibahas oleh Bank Dunia (World Bank) pada tahun 2007 dalam laporan yang berjudul An East Asian Renaissance: Ideas for Economic Growth.
Secara harfiah, jika diartikan ke dalam bahasa Indonesia middle income trap memiliki arti ‘Jebakan Pendapatan Kelas Menengah’. Istilah ini menggambarkan situasi di mana suatu negara berhasil mencapai peningkatan dari segi ekonomi yakni berada pada tingkat menengah namun sayangnya terjebak pada level yang sama. Alhasil, negara tersebut kesulitan untuk menjadi negara maju atau memiliki high income.
Secara garis besar dapat ditarik kesimpulan bahwa negara yang terjebak pada middle income mengalami fenomena stagnasi dalam pendapatan kelas menengah dan belum mampu mencapai kelompok income yang baru akibat beragam faktor.
Salah satu faktor penyebab adanya jebakan middle income yaitu kurang kompetitif pada sektor manufaktur. Hilangnya sikap kompetitif dalam sektor manufaktur ini dianggap mengkhawatirkan jika dilihat dari segi ekonomi.
2. Penyebab Terjadinya Middle Income Trap
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, salah satu penyebab terjadinya middle income trap adalah kurangnya kompetisi pada sektor industri. Kendati demikian, ada faktor lainnya yang ikut andil menjadi penyebab terjadinya jebakan ini.
Beberapa penyebab terjadinya fenomena ini antara lain sebagai berikut ini.
2.1. Sektor Industri / Manufaktur
Sektor manufaktur disinyalir menjadi penyebab utama suatu negara mengalami middle income trap.
Hal ini terjadi atas dasar 2 hal. Pertama, kurangnya riset dan pengembangan terhadap sektor manufaktur yang cenderung bergantung pada kegiatan yang masih tradisional serta penggunaan teknologi yang tertinggal.
Kedua, adanya kepentingan kelompok tertentu yang menghambat pertumbuhan sektor industri. Antara lain adanya perlawanan terhadap proses reformasi kebijakan yang tengah berlangsung.
2.2. Ketidakseimbangan Birokrasi
Birokrasi banyak sedikit mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi suatu negara. Pasalnya, birokrasi yang mudah dan efisien akan turut membantu kemudahan masyarakat dalam melakukan kegiaatan ekonomi.
Sayangnya, di negara dengan middle income trap antara birokrasi dan pertumbuhan ekonomi mengalami ketisakseimbangan yang cukup kentara.
Ketidakseimbangan birokrasi ini bukan hanya terjadi di internal di mana terjadinya akuntabilitas yang buruk berupa korupsi. Akan tetapi terjadi juga pada birokrasi eksternal seperti kebijakan yang meliputi perjanjian dengan pihak asing atau internasional.
2.3. SDM yang Rendah
Faktor kedua yaitu kualitas sumber daya (SDM) yang rendah. SDM yang rendah akan berakibat pada lahirnya inovasi serta kreativitas yang minim. Hal ini menjadikan suatu negara belum mampu bersaing dengan negara lain dan mencapai tingkat produktivitas yang tinggi.
2.4. Pembangunan Infrastruktur yang Tidak Merata
Pembangunan infrastruktur di Indonesia belum merata dan masih berpusat di pulau Jawa. Kurangnya akses terhadap infrastruktur ini memberikan dampak yang sama terhadap kualitas SDM yang rendah.
2.5. Transformasi Ekonomi
Transformasi ekonomi ikut andil dalam menjadi faktor penyebab adanya middle income trap. Hal ini dapat terjadi karena transformasi ekonomi cukup menghabiskan banyak biaya.
Misalnya, kebijakan baru terhadap sektor manufaktur dalam jual beli barang setengah jadi untuk diekspor. Jika kebijakan ini tidak dapat berjalan dengan baik serta persaingan yang kompetitif, bukan tidak mungkin masalah yang baru akan bermunculan. Salah satunya yaitu dampak terhadap stabilitas makro-ekonomi yang berpotensi menimbulkan gelembung kredit di tengah investasi.
3. Indikator Middle Income Trap
Indikator penentu middle income trap dapat berubah setiap tahunnya. Hal ini terjadi mengikuti inflasi, pertumbuhan ekonomi, maupun populasi yang mempengaruhi nilai GNI (Gross National Income) per-kapita setiap negara.
Adapun nilai GNI per 1 Juli 2021 untuk kategori negara dengan penghasilan per-kapita tinggi berkisar antara 4.000-13.000 Dolar Amerika. Dari nilai ini dapat kita simpulkan jika negara yang termasuk ke dalam middle income memiliki nilai GNI di bawah angka tersebut.
4. Strategi Keluar Dari Middle Income Trap
Dilansir dari Kompas.com, Sri Mulyani menteri keuangan Republik Indonesia memaparkan 4 strategi yang bisa dilakukan negara Indonesia untuk lepas dari middle income trap. Ke-empat strategi itu meliputi:
4.1. Sumber Daya Manusia (SDM)
SDM adalah faktor utama suatu negara dapat menjadi maju. Dengan terpenuhinya hak dasar mayarakat terhadap pengetahuan dan kesehatan, maka akan berdampak baik pula pada kemajuan pengetahuan, produktivitas, inovasi, riset, sains dan teknologi.
Selain itu adanya ketidak ketergantungan tehadap kekayaan alam (geography), kualitas kelembagaan yang baik (institution).
4.2. Pembangunan Infrastruktur
Tidak hanya ada akan tetapi infrastrukur tersebut harus berkualitas dan tepat.
Pembangunan infrastruktur ini juga tidak bisa hanya bergantung pada negara atau APBN yang resourcenya terbatas, akan tertapi pihak swasta ikut andil juga di dalamnya.
4.3. Birokrasi yang Mudah dan Sederhana
Birokrasi yang mudah, efisien, agile, dan sederhana akan membantu kelancaran kegiatan ekonomi suatu negara. Hal ini terbukti pada negara-negara maju atau high income.
4.4. Ekonomi Berbasis Digital
Beralih dari sektor ekonomi konvensional ke sektor ekonomi berbasis teknologi tinggi. Misalnya kegiatan ekonomi berbasis digital.
Image Source: Pexels/Markus Spiske
5. Tantangan Keluar dari Middle Income Trap
Dari keempat strategi yang telah disebutkan sebelumnya, ada juga faktor penghambat yang menjadi tantangan suatu negara keluar dari middle income trap. Terutama jika dilihat dari sisi masyarakat atau individu.
5.1. Konsumtif
Kondisi di mana pendapatan naik gaya hidup pun ikut naik. Berimbas pada kesulitan dalam menabung sehingga tidak memiliki penghasilan tambahan ataupun jaminan di kemudian hari.
5.2. Lupa Investasi
Lupa investasi memiliki efek yang mirip dengan konsumtif. Keduanya sama-sama tidak menyisihkan uang demi keberlangsungan hidup mendatang.
5.3. Tidak Bangun Aset
Aset adalah salah satu indikator pendapatan perkapita dapat bertambah. Hal ini dikarenakan aset yang ada bisa menambah nilai harta atau benda yang kita miliki.
5.4. Utang Konsumtif
Bertambahnya penghasilan dapat berakibat bertambahnya pula utang konsumtif yang dimiliki. Ini akan menjadikan individu yang bersangkutan tidak memiliki kesempatan untuk menabung atau membelanjakan uangnya untuk membeli aset.
Sobat BFI, itulah pembahasan terkait middle income trap. Sebagai masyarakat yang budiman Anda juga bisa ikut membantu pemerintah untuk keluar dari fenomena ini salah satunya yaitu dengan cara berwirausaha.
Jika Anda tertarik untuk berwirausaha dan membutuhkan modal dengan pencairan yang cepat dan mudah, Anda dapat mengajukan pinjaman ke BFI Finance!
Informasi dan ketentuan lainnya terkait pengajuan pinjaman melalui BFI Finance dapat diakses pada tautan di bawah ini.
Informasi Pengajuan Pinjaman Jaminan BPKB Motor
Informasi Pengajuan Pinjaman Jaminan BPKB Mobil
Informasi Pengajuan Pinjaman Jaminan Sertifikat Rumah
Cek artikel menarik lainnya di BFI Blog. Update setiap Senin-Jum'at.