Informasi Umum

Kupas Tuntas Inflasi; Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Admin BFI
12 July 2024
190
Kupas Tuntas Inflasi; Jenis, Penyebab, dan Cara Mengatasinya

Inflasi adalah fenomena ekonomi yang penting dan sering dibahas, terutama karena pengaruhnya yang luas terhadap ekonomi dan kehidupan sehari-hari. Menurut para ahli, inflasi adalah kejadian meningkatnya harga-harga secara menyeluruh dan kontinu atau terus-menerus yang disebabkan oleh berbagai faktor. Dengan kata lain, inflasi adalah proses menurunnya nilai mata uang secara terus menerus. Simak lebih lanjut dalam artikel ini mengenai penyebab, jenis, dampak, serta cara mengatasi inflasi.

 

 

1. Pengertian Inflasi

Secara umum, inflasi adalah kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan terus-menerus dalam suatu periode waktu tertentu. Namun, pemahaman yang lebih mendalam tentang inflasi dapat diperoleh dari berbagai perspektif:

1.1 Menurut Ahli

Menurut Paul A. Samuelson, seorang ekonom terkenal dari Amerika Serikat, inflasi adalah suatu keadaan di mana terjadi peningkatan harga-harga secara umum dan terus-menerus. Sedangkan menurut Milton Friedman, seorang ekonom pemenang Nobel, inflasi adalah fenomena moneter yang selalu dan di mana-mana terjadi ketika ada peningkatan jumlah uang beredar yang lebih cepat daripada pertumbuhan output barang dan jasa.

Menurut AP Lahner , inflasi adalah keadaan dimana terjadinya kelebihan dari permintaan atas barang-barang dalam roda perekonomian secara menyeluruh, dan menurut Dwi Eko Waluyo, inflasi adalah bentuk penyakit ekonomi yang sering terjadi dan dialami hampir seluruh negara, yang merupakan kecenderungan kenaikan harga-harga pada umumnya dan terjadi secara terus menerus.

Seperti yang disebutkan sebelumnya jika Paul A. Samuelson menekankan inflasi pada peningkatan harga, sementara Milton Friedman mengaitkan inflasi dengan pertumbuhan jumlah uang beredar yang melebihi output barang dan jasa. Ekonom lain, AP Lahner melihat inflasi sebagai kelebihan permintaan atas barang-barang dalam ekonomi, dan Dwi Eko Waluyo menyebutnya sebagai penyakit ekonomi yang umum dialami banyak negara. Kesimpulannya, inflasi dapat diartikan sebagai fenomena ekonomi yang kompleks dengan berbagai penyebab dan dampak. Memahami definisi dan penyebab inflasi penting untuk merumuskan kebijakan yang tepat dalam mengendalikan dan mencegah inflasi.

 

1.2 Menurut KBBI dan IMF

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyak dan cepatnya uang yang beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang. Sedangkan menurut International Monetary Fund (IMF), inflasi adalah tingkat kenaikan harga barang dan jasa yang diukur dalam persentase, biasanya dinyatakan secara tahunan.

 

Baca Juga: Resesi Adalah; Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Menghadapinya

 

2. Penyebab Inflasi

Inflasi dapat disebabkan oleh berbagai faktor. Adapun penyebab-penyebab inflasi adalah:

2.1 Penyebab Utama

2.1.1 Peredaran Uang

Peredaran uang yang berlebihan dalam suatu ekonomi merupakan salah satu penyebab utama inflasi. Ketika jumlah uang yang beredar lebih banyak daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia, maka nilai uang akan menurun dan harga barang serta jasa akan meningkat.

2.1.2 Biaya Produksi Meningkat (Cost Push Inflation)

Cost push inflation terjadi ketika biaya produksi barang dan jasa meningkat, yang pada akhirnya memaksa produsen untuk menaikkan harga jual. Berikut beberapa faktor yang memengaruhi biaya produksi:

  1. Kenaikan harga bahan baku: Peningkatan harga bahan baku seperti minyak, logam, dan bahan mentah lainnya akan meningkatkan biaya produksi.
  2. Kenaikan upah: Kenaikan upah pekerja tanpa diimbangi dengan peningkatan produktivitas akan menambah beban biaya produksi.
  3. Pelemahan nilai tukar mata uang: Jika mata uang suatu negara melemah, biaya impor barang dan bahan baku akan meningkat, yang pada gilirannya meningkatkan biaya produksi.

2.1.3 Jumlah Permintaan Meningkat (Demand Pull Inflation)

Demand pull inflation terjadi ketika permintaan barang dan jasa melebihi kapasitas produksi. Beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan permintaan antara lain:

  1. Peningkatan pendapatan masyarakat: Ketika pendapatan masyarakat meningkat, daya beli mereka juga meningkat, yang pada akhirnya mendorong permintaan barang dan jasa.
  2. Kebijakan pemerintah: Kebijakan seperti penurunan pajak dan peningkatan pengeluaran pemerintah dapat meningkatkan permintaan agregat dalam ekonomi.

 

2.2 Penyebab Pendukung

2.2.1 Konflik Geopolitik

Konflik geopolitik dapat menyebabkan ketidakstabilan ekonomi dan gangguan pasokan barang dan jasa, yang pada akhirnya dapat memicu inflasi. Misalnya, perang atau ketegangan politik di kawasan penghasil minyak dapat menyebabkan kenaikan harga minyak global.

2.2.2 Perubahan Iklim

Perubahan iklim dapat mengganggu sektor pertanian, menyebabkan kegagalan panen dan penurunan produksi pangan. Hal ini dapat menyebabkan kelangkaan makanan dan kenaikan harga pangan, yang berkontribusi pada inflasi.

2.2.3 Spekulasi

Spekulasi dalam pasar aset seperti properti dan saham dapat menyebabkan kenaikan dan fluktuasi harga yang tidak stabil. Ketika investor melakukan spekulasi besar-besaran, harga aset dapat melonjak, yang pada akhirnya mempengaruhi harga barang dan jasa lainnya.

 

3. Jenis Inflasi

Inflasi dapat diklasifikasikan berdasarkan berbagai kriteria, termasuk sumber, dampak, penyebab, dan sifatnya.

3.1 Berdasarkan Sumbernya

3.1.1 Inflasi dari Luar Negeri

Inflasi yang berasal dari luar negeri terjadi ketika negara mengalami kenaikan harga barang dan jasa impor. Misalnya, kenaikan harga minyak dunia dapat menyebabkan inflasi di negara pengimpor minyak.

3.1.2 Inflasi dari Dalam Negeri

Inflasi dari dalam negeri disebabkan oleh faktor-faktor domestik, seperti peningkatan permintaan domestik, kenaikan biaya produksi, atau kebijakan moneter dan fiskal yang ekspansif.

3.2 Berdasarkan Dampak

Inflasi dapat diklasifikasikan berdasarkan dampaknya terhadap perekonomian. Setiap jenis inflasi memiliki konsekuensi yang berbeda terhadap daya beli masyarakat, stabilitas ekonomi, dan pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.

3.2.1 Inflasi Ringan

Inflasi ringan adalah ketika kenaikan harga berada di bawah 10% per tahun. Jenis inflasi ringan masih dianggap normal dan bahkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Pada tingkat ini, inflasi sering kali mencerminkan peningkatan permintaan barang dan jasa yang sehat dalam perekonomian. Dengan kata lain, inflasi ringan bisa menjadi indikator dari aktivitas ekonomi yang kuat dan peningkatan pendapatan.

3.2.2 Inflasi Sedang

Inflasi sedang adalah ketika kenaikan harga berada antara 10% hingga 30% per tahun. Inflasi jenis ini mulai mengganggu perekonomian dan menurunkan daya beli masyarakat. Ketika harga barang dan jasa meningkat dengan cepat, konsumen dan bisnis mulai merasakan tekanan. Daya beli masyarakat menurun karena pendapatan tidak dapat mengimbangi kenaikan harga.

3.2.3 Inflasi Berat

Inflasi berat adalah ketika kenaikan harga berada antara 30% hingga 100% per tahun. Inflasi jenis ini sangat merusak ekonomi dan menyebabkan ketidakstabilan ekonomi. Pada tingkat ini, harga barang dan jasa meningkat secara drastis, membuatnya sulit bagi konsumen untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka. Inflasi berat dapat mengarah pada devaluasi mata uang, kekacauan pasar, dan peningkatan kemiskinan, serta ketidakstabilan politik dan sosial.

3.2.4 Inflasi Sangat Berat

Inflasi sangat berat atau hiperinflasi terjadi ketika kenaikan harga melebihi 100% per tahun. Inflasi jenis ini dapat menghancurkan ekonomi suatu negara dan menyebabkan krisis ekonomi yang parah. Hiperinflasi mengakibatkan harga naik begitu cepat sehingga uang tunai kehilangan nilainya hampir secara instan. Konsumen mungkin harus membawa tumpukan uang hanya untuk membeli barang sehari-hari, dan tabungan hidup bisa menguap dalam hitungan hari.

 

3.3 Berdasarkan Penyebab

3.3.1 Cost Push Inflation

Cost push inflation terjadi ketika biaya produksi meningkat, yang memaksa produsen untuk menaikkan harga jual barang dan jasa.

3.3.2 Demand Pull Inflation

Demand pull inflation terjadi ketika permintaan barang dan jasa melebihi kapasitas produksi, yang menyebabkan kenaikan harga.

3.3.3 Bottle Neck Inflation

Bottle neck inflation terjadi ketika terdapat hambatan dalam rantai pasokan, seperti kekurangan bahan baku atau gangguan distribusi, yang menyebabkan kenaikan harga.

3.3.4 Anticipated Inflation

Anticipated inflation adalah inflasi yang sudah diperkirakan sebelumnya oleh pelaku ekonomi. Biasanya, pelaku ekonomi akan menyesuaikan harga dan upah mereka berdasarkan perkiraan inflasi ini.

 

3.4 Berdasarkan Sifatnya

3.4.1 Inflasi Merayap (Creeping Inflation)

Inflasi yang terjadi ketika terdapat kenaikan harga secara perlahan-lahan, biasanya berada di bawah 3% per tahun. Meskipun angka ini mungkin terlihat kecil, dampaknya bisa sangat signifikan terhadap perekonomian. Inflasi jenis ini, meskipun stabil, tetap dapat memberikan tekanan pada daya beli masyarakat secara bertahap seiring waktu.

3.4.2 Inflasi Terbuka (Open Inflation)

Inflasi ini terjadi ketika kenaikan harga barang dan jasa terjadi secara terang-terangan tanpa adanya intervensi atau kontrol harga yang efektif oleh pemerintah. Keadaan ini sering kali disebabkan oleh faktor-faktor eksternal seperti peningkatan permintaan global atau kenaikan harga bahan baku.

3.4.3 Inflasi Tertutup (Suppressed Inflation)

Keadaan di mana pemerintah mengambil langkah-langkah untuk mengendalikan kenaikan harga barang dan jasa dengan menetapkan batasan harga atau mengontrol distribusi barang. Meskipun pada permukaannya tampak stabil, inflasi tertutup bisa menimbulkan masalah tersendiri. Kontrol harga yang berlebihan dapat menyebabkan ketidakseimbangan antara penawaran dan permintaan, yang pada gilirannya dapat menciptakan pasar gelap dan peningkatan aktivitas ilegal.

3.4.4 Inflasi Tersembunyi (Hidden Inflation)

Fenomena di mana harga tetap stabil secara nominal, tetapi nilai nyata dari uang menurun karena kualitas barang dan jasa menurun. Hal ini dapat terjadi melalui berbagai cara, seperti pengurangan ukuran atau kualitas produk tanpa mengubah harga yang dikenakan. Konsumen mungkin tidak langsung menyadari adanya inflasi ini karena harga yang tertera tetap sama, tetapi dalam jangka panjang, dampaknya dapat merugikan karena daya beli yang sebenarnya menurun.

Inflasi adalah

Image Source: Freepik

4. Pengukuran Tingkat Inflasi

Tingkat inflasi diukur dengan menggunakan indeks harga konsumen (IHK). Adapun IHK mengukur perubahan harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga. Berdasarkan the Classification of Individual Consumption by Purpose tahun 2018, IHK diklasifikasikan ke dalam 11 kelompok pengeluaran, yaitu:

  1. Kelompok makanan, minuman, tembakau
  2. Kelompok pakaian dan alas kaki
  3. Kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga
  4. Kelompok perlengkapan, peralatan, dan pemeliharaan rutin rumah tangga
  5. Kelompok kesehatan
  6. Kelompok transportasi
  7. Kelompok informasi, jasa keuangan, komunikasi
  8. Kelompok rekreasi, olahraga serta budaya
  9. Kelompok pendidikan
  10. Kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran
  11. Kelompok perawatan pribadi dan jasa-jasa lain

(Sumber: bi.go.id)

 

5. Dampak Inflasi

Inflasi memiliki berbagai dampak terhadap perekonomian, antara lain:

5.1 Suku Bunga Lebih Tinggi

Untuk mengendalikan inflasi, bank sentral biasanya akan menaikkan suku bunga. Suku bunga yang lebih tinggi dapat mengurangi pinjaman dan konsumsi, yang pada akhirnya menekan permintaan dan mengurangi inflasi.

5.2 Daya Beli Berkurang

Inflasi mengurangi daya beli uang, sehingga masyarakat harus membayar lebih mahal untuk barang dan jasa yang sama. Hal ini menyebabkan penurunan daya beli konsumen, terutama bagi mereka dengan pendapatan tetap seperti pensiunan atau pekerja dengan upah tetap.

5.3 Pertumbuhan Ekonomi Melambat

Inflasi yang tinggi dapat menghambat pertumbuhan ekonomi karena membuat konsumen lebih berhati-hati dalam pengeluaran dan investasi. Selain itu, ketidakpastian ekonomi yang disebabkan oleh inflasi juga dapat menghambat keputusan investasi perusahaan.

5.4 Penyusutan Nilai Uang

Inflasi mengurangi nilai uang secara bertahap seiring waktu. Uang yang disimpan dalam bentuk tabungan atau investasi dengan bunga tetap akan mengalami penurunan nilai riil karena daya belinya menurun seiring inflasi.

5.5 Berpotensi Resesi

Inflasi yang tinggi dan tidak terkendali dapat memicu resesi ekonomi. Kenaikan harga yang cepat dapat mengurangi daya beli konsumen, menekan pertumbuhan ekonomi, dan menyebabkan pengangguran meningkat.

5.6 Perhitungan Penetapan Harga Pokok Terlalu Sulit

Inflasi yang tinggi membuat perhitungan penetapan harga pokok menjadi sulit bagi produsen dan pedagang. Mereka harus terus-menerus menyesuaikan harga jual mereka dengan kenaikan biaya produksi dan inflasi, yang dapat mengganggu perencanaan bisnis mereka.

 

6. Cara Mengatasi Inflasi

6.1 Kebijakan Pemerintah

6.1.1 Kebijakan Moneter

  1. Menaikkan Suku Bunga: Bank sentral dapat menaikkan suku bunga untuk mengurangi pinjaman dan mengendalikan inflasi.
  2. Penjualan Surat Berharga Pemerintah: Penjualan surat berharga pemerintah oleh bank sentral dapat mengurangi jumlah uang beredar di pasar, yang pada gilirannya dapat menekan inflasi.
  3. Menetapkan Target Inflasi: Pemerintah dapat menetapkan target inflasi sebagai panduan bagi kebijakan moneter.

6.1.2 Kebijakan Fiskal

  1. Meningkatkan Pajak: Pemerintah dapat meningkatkan pajak untuk mengurangi daya beli masyarakat dan menekan inflasi.
  2. Menurunkan Pengeluaran Pemerintah: Pemerintah dapat memotong belanja publik untuk mengurangi tekanan inflasi yang disebabkan oleh permintaan berlebih.

6.2 Kebijakan Individu

  1. Menabung: Menabung dapat membantu melindungi nilai uang dari inflasi.
  2. Melakukan Investasi: Investasi dalam instrumen keuangan seperti saham atau obligasi dapat memberikan pengembalian yang lebih tinggi daripada tingkat inflasi.
  3. Membeli Barang dan Jasa yang Tahan Lama: Membeli barang-barang yang tahan lama dapat membantu menghindari kenaikan harga yang cepat.
  4. Membandingkan Harga: Membandingkan harga barang dan jasa sebelum membeli dapat membantu menemukan penawaran terbaik.
  5. Membuat Anggaran: Membuat anggaran dan mengelola keuangan dengan baik dapat membantu mengurangi dampak inflasi pada keuangan pribadi.
  6. Melalui kebijakan yang tepat dan tindakan individu yang bijaksana, inflasi dapat dikelola dan dampak negatifnya dapat diperkecil, sehingga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.

Melalui kebijakan yang tepat dan tindakan individu yang bijaksana, inflasi dapat dikelola dan dampak negatifnya dapat diperkecil, sehingga stabilitas ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dapat terjaga.

 

Sobat BFI, jika sedang membutuhkan dana untuk berbagai macam keperluan,, BFI Finance adalah jawaban Anda. BFI Finance merupakan perusahaan pembiayaan yang melayani pinjaman dengan jaminan BPKB mobil, BPKB motor, dan sertifikat rumah atau ruko. Dengan tenor yang panjang, BFI Finance menawarkan pencairan hingga Rp 2 miliar. Ajukan pinjaman Anda sekarang di BFI Finance!

 

Pembiayaan Syariah

Pembelian mobil bekas dan Multiguna syariah dengan fitur Tanpa Denda dan Tanpa Penalti Lihat Syarat

Sertifikat Rumah

Bunga rendah mulai dari 0.9% per bulan dan tenor pinjaman panjang hingga 7 tahun. Lihat Syarat

BPKB Motor

Dapatkan pinjaman dengan proses cepat dan tenor maksimal hingga 24 bulan. Lihat Syarat

BPKB Mobil

Dapatkan dana pencairan hingga 85% dari nilai kendaraan dan tenor hingga 4 tahun. Lihat Syarat

Kategori : Informasi Umum